Laman

Jumat, 05 Oktober 2012

I MISS THEM

Tak peduli sekuat apa pun aku berlari, aku masih bisa merasa sakit
Tak peduli setegar apa pun aku menjalani, aku masih merasa rapuh
Tak peduli semampu apa aku berdiri, aku masih merasa jatuh
Mungkin kalimat diatas adalah penggambaran nasibku saat ini. Sendiri. Kosong. Hampa. Sedih. Sakit. Kecewa. Rindu. Semuanya menjadi satu. Entah apa itu, aku merasa bahwa seluruh orang yang aku kenal dari SMP dan hingga sekarang, ulai berubah drastis. Tentu saja perubahan itu tidak terjadi secara tiba tiba. Namun melalui beberapa fase.
Aku tahu, perubahan itu mungkin terjadi karena kita terlalu memikirkan masa depan kita sendiri. sehingga kita bahkan lupa kalau kita pernah hidup, senang, dan susah bersama sama. Ya, kalau aku mengingatnya, aku sering menangis sendiri. secepat itukah Tuhan memisahkan kebersamaan kita? Dan apakah dengan cara yang seperti itulah Tuhan memisahkan kita? Tanpa pamit, dan tanpa ucapan perpisahan. Dan itu, terjadi begitu saja dengan tiba tiba. Hanya dalam waktu beberapa bulan saja, semenjak kita memasuki jenjang yang makin tinggi, kta seolah olah tak pernah meras bsaling kenal. Hanya egois, lupa dan masalah yang selalu kita utamakan. Bukan kebersamaan, kesenangan dan solidaritas.
Sangat perih memang untuk diingat. Tapi itu dulu…
Dan sekarang, masih tetap sama rasanya. Perih dan mengganjal. Sudah tidak ada lagi kata “Kita”. Yang ada hanya kata “aku” dan “mereka”. Aku yakin, itulah yang sekarang ada di kamus kita masing masing. Aku sangat merindukan mereka. Mereka yang dulu. Mereka yang solid. Mereka yang saling pengertian. Dan mereka yang benar benar aku sayangi….
Bukan hanya mereka saja yang aku rindukan. Tapi juga ada seseorang sebenarnya. Aku rindu yang dulu. Dan entah sampai kapan keadaan ini cepat berakhir. Atau mungkin, inikah takdir hidup kita?
Selembar daun terakhir telah gugur,
Tertiup angin menjauhi pohon asal,
Hingga terbang keatas menyentuh langit,
Kemudian jatuh di padang rerumputan yang indah
Aku tahu, Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan ke hambanya melebihi batas kemampuan hambanya. Tapi terkadang, kita sebagai hambanya, lupa berapa besar kemampuan kita dalam menghadapi cobaan itu. hingga akhirnya kita merasa menyerah dan tak jarang bahkna mengeluh. Yap, lupa adalah sifat yang manusiawi dan sangan umum di kalangan manusia Homo Sapiens seperti kita.
Entah itu suatu keajaiban, dibalik rumitnya masalah itu semua, ada seseorang yang selalu mendukungku. Dia selalu ada disaat aku butuh. Aku tahu, mungkin beberapa orang yang mengenalnya akan berpendapat bahwa dia orang yang tidak baik. Namun, jauh di lubuk hatinya, dia benar benar orang yang baik. Hanya saja, terkadang orang orang menilainya secara subjektif. Bukan objekif. Sehingga yang dinilai dan yang terlihat hanyalah sisi jeleknya saja. Ok, don’t judge a book by it’s cover.
Apakah dia mempunyai maksud tertentu dalam membantu?
Entahlah, aku juga tak tahu. Dan belum mungkin. Tapi beberapa kali aku temui, dia memnag orang yang bukan bertipe untuk meminta imbalan setelah membantu. Ya, aku tahu dia memang baik. Tapi hanya orang orang saja yang menilai bahwa dia orang jahat. Orang orang memang kejam. Mereka tak tahu apa yang mereka katakana. Mereka hanya mengatakan sesuatu yang ada di pikiran mereka seketika itu, tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Gajah mati meninggalkan gadingnya,
Macan mati meninggalkan belangnya,
Orang orang mungkin lebih menilai keburukan dibanding kebaikan seseorang. Satu keburukan, dapat menghapuskan seribu kebaikan. Sayang sekali ya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar