Laman

Sabtu, 02 Maret 2013

Serumit Fisika




Aku bukannya mau bilang kalau Fisika itu rumit. Tapi emang itu kan kenyataannya?
Hm, nggak usah ragu atau gengsi deh. Bagi siswa SMA pada umumnya (yang normal dan standar isi otaknya), pasti bakalan berpikiran juga kalo Fisika itu rumit. Oke, bahkan kata guru Fisika ku, inti dari Fisika adalah “membuat rumus sendiri”. udah kebayang kan? Kalau begitu mengerikannya, nggak usah dibayangin..
Tapi, ini bukan soal rumus Fisika yang rumit. Tapi tentang Cinta yang begitu rumit.
Cinta itu universal. Nggak terbatas. Dan bisa multi ke semua hal. Jadi, aku yakin banget kalau ada orang yang bilang bahwa mereka belum pernah ngrasain cinta, itu bohong banget. Karena cinta itu nggak cuman buat pasangan. Tapi juga untuk Tuhan atau hal apapun.
Jadi, semua orang pasti pernah ngrasain jatuh cinta kan?
Indah?  Iya dong, pasti!
Bikin bahagia? Pasti dong!
Sakit hati? Hm… apakah semua orang musti ngalamin hal yang satu ini?
Secara nggak sadar, orang yang sedang jatuh cinta sudah memiliki pilihan buat “jatuh”. Jatuh dalam kebahagiaan, atau jatuh dalam kesedihan. Hanya mereka lah yang menentukan alur cinta mereka sendiri mau dibikin apa. Mau dibiki susah, sedih atau seneng. Itu tergantung pilihan yang mereka ambil. Karena susah, sedih dan seneng itu bukan disebabkan oleh orang lain. Tapi diri kita lah yang menentukan semua itu.
Soal cinta emang nggak bisa habis buat dibahas. Nggak bisa ditebak alurnya. Karena kadang bisa maju, flashback, dan bahkan bisa campuran.
Dan soal cinta itu selalu dipengaruhi oleh jarak, waktu dan kecepatan. Sama seperti rumus fisika.
Kalau jauh, bikin kangen. Dan kalau lama dipendem, bikin galau nggak ketulungan. Dan kalau nggak cepet cepet diungkapin, bikin nyesel tingkat tower! Ini adalah salah satu rumus fisika yang berhubungan dengan cinta.
Terus, cinta itu kayak torsi. Selalu mempunyai arah yang searah dengan jarum jam (+) dan yang berlawanan dengan arah jarum jam (-). Atau bernilai sebaliknya. Dan arah torsi tersebut ditentukan berdasarkan titiknya. Jadi, nilai positive dan negative nya bisa berubah kalau titiknya udah beda. Mirip dengan cinta. Kalau udah ada orang yang nyangkut di hati kita (sebagai titik acuan), maka arah hati kita pasti bakalan berubah ke orang tersebut. Dan yang searah dengan titik acuan itu bernilai 0. Ibarat kita menilai bahwa orang kita cintai itu nggak punya salah dan kejahatan. Kita selalu menilainya 0 terus (tanpa salah). Yang diinget cuman kebaikan doang. Trus kalau udah selsesai dihitung dan dijumlah, dan habis itu ngerjain titik lain. And next, ada orang yang lain lagi (titik acuan lain), ganti arah lagi deh. Trus nglakuin hal yang sama kayak sebelumnya. .
Mungkin ada sebagian orang yang nglakuin hal kayak gitu. Iya sih, hal itu emang wajar. Belajar mencintai itu ngak papa. Malah katanya Bu PKn, “kalua bisa, punya pacar itu lebih dari satu”. Dan di jaman sekarang, prinsip itu mungkin masih terdengar WOW di kalangan pelajar. ‘Punya pacar satu aja udah ribet ngurusinnya, apalagi punya pacar banyak? Bisa bisa jedotin kepala ke tower!’ Mungkin kalimat itulah yang ada di pikiran mereka.
Tapi, kalau cuman sekedar buat cari pengalaman sih gak papa. Buat pengalaman kalau pernah jatuh bangun, sakit hati dan seneng waktu remaja. Yang penting adalah, masa remaja itu dibikin seneng aja. nggak usah dibikin rumit. Rumus Fisika emang rumit, tapi jangan sampai bikin semangat muda kita jadi ikutan rumit juga kayak rumus Fisika. We’re Young!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar